Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Menulis Surat Bunuh Diri

Kepada siapa pun, di mana pun. Aku ceritakan ini agar kau mengerti dua hal. Pertama, jika surat ini sudah sampai di tanganmu artinya aku sudah mati. Ya iya lah , namanya juga surat bunuh diri. Kedua, menulis surat bunuh diri seharusnya bisa sangat menyenangkan… seperti yang sedang kulakukan saat ini. Kau mungkin akan menemukan detil kabar kematianku di berita-berita. Tidak akan ada di headnews mungkin, hanya di kolom-kolom kecil di antara artikel kenaikan harga cabai dan sembako lainnya. Mungkin di halaman lain diapit oleh iklan bank dan perusahaan kredit di surat kabar lokal. Aku tidak bisa tahu pasti, kan aku sudah mati. Nah, jika saja aku memang ternyata sebegitu tidak menariknya, dan kau sama sekali tidak mendapatkan cerita kematianku di tempat-tempat seperti yang kusebut. Kukira media sosial yang dipenuhi orang-orang baik akan berbaik hati mengabarkannya kepadamu. Mungkin dengan beberapa tambahan cerita, beberapa aka nada yang sesuai, beberapa lagi mungkin juga ak

Semua Pencerita yang Buruk, Mendapat Balasan yang Buruk

Gambar
Michael Mcconnell illustration Karim Hasibuan, pria separuh baya yang semoga saja masuk dalam daftar sepuluh orang pertama yang nyawanya lepas dari dunia dengan cara yang buruk. Seperti kaleng penutup botol minuman yang kau cungkil dengan paksa menggunakan salah satu sisi meja yang curam, atau paku yang dipasang miring di sudut warung makan langgananmu. Ia sudah enam semester memaksa kami melewati semua neraka ini. Menit-menit panjang di tempat lain, di sini berarti ratusan tahun lamanya. Tempat-tempat di mana cerita-cerita buruk berasal. Cerita-cerita yang dipaksakan menadah amanat, pesan moral, dan podol kucing lainnya. Seseorang harus melakukan sesuatu, sebuah tempat seburuk ini paling tidak harus diberangus perlahan-lahan. Dimulai dari orang-orangnya, katamu. Harus ada orang pertama yang tahu bagaimana rasanya jika nyawanya dicungkil seperti kaleng penutup botol sebab istiqamah menceritakan kisah-kisah buruk yang serba tanggu

Jangan Pernah Menyalakan Radio Sendirian

Gambar
Aku mendengar cerita ini dari sahabatku Karina. Cerita ini ia ceritakan sejak jauh hari yang lalu, sekitar satu tahunan sebelum kabar terakhirnya kudengar dengan cara yang tidak menyenangkan. Bagaimana kau bisa senang jika seseorang yang pernah sangat penting bagimu dikabarkan baru saja ditangkap sebagai tersangka utama kasus mutilasi sepasang pengantin baru. Jadi kutegaskan sekali lagi, sebenarnya ini bukanlah jenis cerita yang bagus untuk dituliskan, atau diceritakan ulang kepada teman-teman. Tidak ada alasan khusus kenapa aku musti menceritakan ini padamu. Tapi saat ini aku sedang berada dalam sebuah terowongan tol C dalam perjalanan dari kota B menuju kota P. Dan di sinilah kesalahan pertamaku, karena melanggar janji yang sudah kusepakati dengan Karina sekitar setahunan yang lalu. “Jangan pernah menyalakan radio tanpa aku.” Katanya setahun yang lalu. Aku mengangguk, sepakat. ** “Aku sebenarnya sedang sedih…” “Aku juga.” “Lah! Kok kamu juga? Memangnya kamu ken

Seperti di Film-Film, Aku Harap Hidupku Punya Latar Musik

Gambar
“Bolos yuk.” Begitu bunyi pesan masuk itu. Baru saja dikirim. Setelah kulirik sekilas kulakukan hal yang biasanya. Tidak membalas dengan apapun. Tidak satu kata, tidak juga emoji. Dia tidak pernah mengajakku bicara sebelumnya, tidak sedikit pun. Mungkin basa-basi kecil pernah. Tapi itu sudah lama dan aku tidak ingat betul bagaimana itu terjadi. Itu semacam dia menyapaku tapi tanpa bermaksud benar-benar menyapaku, ingin tahu kabarku, atau minimal menanyakan kenapa aku pindah ke sekolah ini. Kalau aku tidak lupa, ia bertanya apakah aku punya saran untuk acara yang bakal kami semua lakukan saat perpisahan nanti. Aku tidak ingat saat itu menjawab apa, tapi yang jelas dia tidak menanyakan apa-apa lagi setalah ia mendengar jawabanku. Intinya kami tidak berteman, dan tentu saja kami jauh dari kata akrab. Semuanya terasa normal-normal saja semenjak aku pindah ke kelas ini. Tidak ada yang betah mengobrol denganku. Jika saja yang ia lakukan padaku hanyalah semacam menyapa sekada